Senin, 27 April 2015

Laporan Praktikum Material Teknik Pengujian Jominy/Hardenability

TUJUAN
Untuk mengetahui sifat mampu keras (hardenability) dari suatu logam

TEORI DASAR
            Pada kondisi tertentu diperlukan adanya peningkatan dari baja yang telah tersedia. Tetapi tidak semua baja dapat dinaikan kekerasannya sesuai dengan yang kita inginkan. Pengerasan baja tergantung pada komposisi kimia dan kecepatan pendinginannya. Untuk mengetahui mampu keras suatu baja dilakukan percobaan Jominy.

Percobaan Jominy merupakan suatu standar yang banyak digunakan untuk mengetahui sifat mampu keras suatu baja. Melalui prosedur ini, semua factor yang berpengaruh terhadap kekerasannya (seperti bentuk specimen , ukuran specimen dan quenching treatment) dijaga agar tetap sama/konstan. Hal ini ditentukan menurut standar sebagai berikut :


Dari pengujian Jominy ini kita akan mendapatkan kurva hubungan antara Kekerasan (HRc) terhadap jarak dari quenched end (gambar diatas). Semakin jauh jarak dari quenched end maka harga kekerasan suatu baja akan semakin kecil.
         Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian ini salah satunya adalah Severity of quench. Severity of quench merupakan ukuran dari suatu media quench dalam menyerap panas/kalor dari benda kerja. Media quench yang sering digunakan antara lain air, oli, dan udara. Dari ketiga contoh tersebut air memiliki kemampuan menyerap panas paling tinggi, sehingga laju pendinginan benda kerja dalam media quench air paling cepat dibandingkan media pendinginan yang lain.

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Spesimen                  :   AISI 4142
Diameter                   :  1”
Panjang                     :  4”

Kekerasan Awal       :  60 HRA





PEMBAHASAN
Percobaan ini diawali dengan pemanasan baja hingga temperature austenisasinya sehingga seluruh bagian baja berubah menjadi austenit. Setelah dilakukan holding time yang dirasa cukup (untuk menghomogenasi kalor pada seluruh bagian specimen), dilakukan pendinginan dengan menggunakan water jet yang ditembakan/disemprotkan pada salah satu ujung dari specimen (pusat quenching. Mekanisme pengerasan baja tersebut yaitu dengan pembentukan martensit dari austenit sebagai akibat dari proses pendinginan dengan laju yang cepat. Pada pusat quenching (bagian yang disemprot dengan water jet) karena laju pendinginannya paling cepat maka martensit banyak terbentuk disana. Hal ini menyebabkan kekerasan pada bagian ini paling keras. Sedangkan makin menjauhi pusat quench laju pendinginan akan makin melambat sehingga martensit yang terbentuk makin sedikit namun perlit yang akan terbentuk akan makin banyak. Hal ini dapat terlihat dari diagram CCT bahwa makin lambat laju pendinginan maka akan mempengaruhi jumlah martensit yang terbentuk (untuk suatu baja yang sama)


Dari kurva diatas akan terukur harga kekerasan yang berbeda pada laju pendinginan A,B,C,danD. Urutan kekerasan : A>B>C>D.
                Secara teoritis specimen, yang dalam hal ini bja AISI 4142 termasuk jenis baja karbon medium. Dalam hal ini seharusnya baja jenis ini memiliki sifat mampu keras yang baik. Jika kita melihat dari diagram CCT-nya maka kita akan melihat bahwa letak hidung kurvanya terletak cukup jauh dari sumbu tegaknya sehingga dengan proses pendinginan yang cepat memungkinkan terbentuknya martensit. Disamping itu didukung oleh letak martensit start yang tidak begitu rendah sehingga kemungkinan terbentuk 100% martensit lebih besar jika disbanding dengan baja karbon tinggi (Pada baja karbon tinggi sering masih ada austenit sisia yang belum sempat berubah menjadi martensit).
                Namun apabila kita memplotkan kurva hardenability hasil percobaan bersama dengan kurva hardenability band-nya, terlihat bahwa specimen yang kita uji tersebut sifat mampu kerasnya kurang baik. Hal ini terlihat dari letak kurva hardenabilitynya yang terletak dibawah batas minimum hardenability band-nya.Padahal seharusnya baja karbon medium yang secara teoritis memiliki sifat mampu keras yang baik, kurva hardenabilitynya berada di dalam hardenability band-nya. Berikut kurva gabungan antara kurva hardenability yang diperoleh dengan kurva hardenability band-nya :


Dengan series 1 = kurva kekerasan maksimum, series 2 = kurva kekerasan minimum, dan series 3 = kurva hardenability.
                Penyimpangan tersebut dapat terjadi kemungkinan karena dari factor komposisinya sendiri. Ada kemungkinan komposisi yang dimiliki oleh specimen tidaklah memenuhi standar yang ada terutama unsur C-nya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa factor % karbon sangat berpengaruh terhadap sifat mampu keras dari suatu baja. Pada specimen kemungkinan kadar karbonnya kurang dari standar yang telah ada.
                Faktor lain yang dapat terjadi adalah pada saat pemanasan specimen. Hal yang mungkin terjadi adalah tidak homogennya pemanasan yang dilkukan pada specimen. Itu semua dapat terjadi misalnya terlihat dalam penyimpanan specimen dalam tungku. Secara logika kita tahu bahwa bagian yang secara langsung bersentuhan dengan dasar tungku pastilah lebih panas daripada bagian lain yang tidak bersentuhan dengan dasar tungku. Selain itu di awal-awal pemanasan, terjadi sedikit kesalahan prosedur  sehingga dikawatirkan pemanansan di awal-awal tersebut belum dapat mengubah specimen menjadi austenit dan itu dapat mempengaruhi kekerasan yang kita dapatkan.
                Hal lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil percobaan adalah pada saat specimen dikeluarkan dari tungku. Proses ini kemungkinan besar membuat terlalu lama specimen berada di udara sehingga di sana telah terjadi pendinginan dengan laju yang lambat. Bisa saja hal itu dapat mempengaruhi kekerasan karena pendinginan yang lambat tersebut kemungkinan besar malah akan membuat specimen tersebut lebih lunak sebelum akhirnya didinginkan dengan semprot air . Apabila hal tersebut terjadi jelas saja akan berpengaruh terhadap kekerasan specimen setelah didinginkan dengan semprot air sampai suhu kamar. Karena telah mengalami pelunakan terlebih dahulu maka pengerasannya terhadap kekerasan awalnya kan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.
KESIMPULAN
  • Sifat mampu keras specimen menurut percobaan ini kurang baik.
  • Hardenability dari specimen hasil uji jominy dapat diketahui melalui kurva hardenabilitynya, yaitu sebagai berikut :

  • Semakin landai jarak antara puncak dengan lembahnya pada kurva yang didapat, maka martensit yang terbentuk akan lebih sempurna atau dapat dikatakan pembentukannya merata. Semakin landai kurvanya, maka mampu kerasnya semakin baik jika dibandingkan dengan kurva yang jarak puncak dengan lembahnya cukup curam

DAFTAR PUSTAKA
Callister, William D, 2003. Materials Science and Engineering an Introduction. Sixth edition, John Wiley & Son Inc, New York. Hal 361-368,hal 323-324.






Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Material-is-me Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger