TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengevaluasi kelakuan
tarik suatu logam dengan cara memberikan beban tarik pada logam dengan cara
memberi atau menerapkan beban tarik pada logam.
2. Mengetahui cara-cara
mendapatkan sifat-sifat mekanik material
TEORI DASAR
Uji tarik adalah uji yang dilakukan pada suatu
material dengan cara menerapkan beban tarik pada material tersebut. Dengan
pemberian beban tarik tersebut kita dapat mengevaluasi kelakuan material,
sehingga akan diperoleh sifat-sifat mekanik dari material tersebut, antara lain
:
Kekuatan Luluh = yield strength (σy)
Gambar diatas
mengunakan metode offset untuk menentukan kekuatan luluh suatau material.Yield
strength digunakan untuk menentukan batas antara deformasi elasatis dengan
deformasi plastis. Yield strength dalam aplikasinya biasa digunakan untuk
menentukan beban maksimal yang diberikan pada material sebelum mengalami
deformasi plastis.
Kekuatan Tarik = tensile strength (σu),
(UTS : Ultimate TS) Ultimate tensile strength merupakan
beban maksimum yang diberikan pada sebuah material sebelum mengalami nacking.
Pada aplikasinya UTS digunakan dalam menentukan seberapa besar beban mampu
diteriama oleh suatu material.
Keuletan = elongation(ef)
Elongation
merupakan perpanjangan dari sebuah material ketika diuji tarik samapai patah.
Hal ini berguna dalam merancang sebuah alat sepeti tali pada jembatan dalam hal
seberapa panjang tali tersebut mengalamai perpanjangan sampai patah ketika
diberi beban uniaksial. Elongation berguna dalam menentukan apakah suatu
material itu ulet apa getas, hal tersebut bias dilihat dari nilai
elongationnya. Jika nilai elongationnya besar material tersebut bersifat ulet
apabila nilai elongationnya kecil maka material tersebut dikatakan getas.
Reduksi Penampang = reduction of area(q)
Reduction of
area merupakan pengecilan penampang ketika mengalami fracture. Hal ini berguna
dalam menentukan seberapa besar suatu material yang mengalami beban uniaksial
akan mengalami pengecilan luas penampang.
Kekakuan = stiffness, `
(E)elastic modulus = σ/e = tan α
Modulus
elastisitas merupakan sifat material yang digunakan dalam merancang sebuah alat
agar tidak mengalami deformasi plastis. Aplikasinya dalam merancang sebuah
jembatan, harus mempunyai modulus elastisitas yang kecil, supaya kaku. Dalam
penerapannya modulus elastisitas digunakan berdasarkan keperluannya.
Modulus Resilience = modulus of
resilience (Ur)
Kemampuan suatu
material menyerap energi ketika deformafi elastis dan kembali ketika beban dilepaskan
disebut resilience. Modulus resilience merupakan luas daerah di bawah kurva
stress-strain yang mash mengalami deformasi elastis. Modulus resilience berguna
untuk mengetahui seberapa besar energi yang diberikan agar tetap mengalami
deformasi elastis.
Ketangguhan = toughness (Ut)
Dalam hal
Perencanaan toughness dipakai untuk menentukan seberapa besar suatu material
menyerap energi sampai dia patah. Dalam aplikasinya toughness dipakai untuk
merusak material agar bias mengetahui energi maksimal sampai patah.
Alat yang digunakan untuk melakukan uji tarik
adalah Tensile Testing Machine .
Prinsip pengujian tarik adalah spesimen ditarik dengan laju pembebanan yang
lambat, hingga spesimen itu putus. Mesin uji tarik akan mencatat besarnya beban
tarik yang diberikan terhadap spesimen
setiap saat beserta besarnya perpanjangan (elongation)
yang terjadi pada spesimen setelah dilakukan uji tarik. Alat pencatat beban
beban tarik adalah load cell.
Sedangkan alat pencatat perpanjangan
yang terjadi pada spesimen adalah ekstensometer.
Grafik yang dihasilkan dari
mesin uji tarik adalah grafik antara gaya atau beban tarik terhadap
perpanjangan yang terjadi. Grafik tersebut harus dikonversikan menjadi grafik
tegangan teknis terhadap regangan teknis, tujuannya untu meminimalisasi
pengaruh faktor geometris. Tegangan dan
regangan teknis dirumuskan sebagai berikut :
Bentuk grafik gaya atau beban
tarik terhadap perubahan panjang dan
grafik tegangan teknis, terhadap regangan teknis adalah sebagai berikut :
Dari diagram tegangan teknis, terhadap regangan
teknis akan diperoleh data sebagai berikut:
1. σp atau batas proporsional adalah
tegangan maksimum dimana perbandingan antara tegangan dan regangannya masih
proporsional.
2. σy atau
batas luluh adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh
spesimen tanpa menyebabkan deformasi
plastis.
3. σu atau batas ultimate, adalah beban
maksimum yang dapat ditahan oleh spesimen tanpa menyebabkan deformasi plastis
yang tak homogen. Beban ini disebut juga sebagai kekuatan tarik material
4. σf atau beban yang menyebabkan spesimen
itu patah.
e atau perpanjangan
5. Reduction of area
6. E ( Modulus Elastisitas ) adalah ukuran kekakuan
suatu bahan
Grafik tegangan dan regangan teknis tersbut perlu
dikonversi lagi terhadap grafik tegangan-regangan sebenarnya. Bentuk grafiknya
adalah sbb:
|
Hubungan yang berlaku antara σtr
dengan σ dan antara ε dengan e adalah :
σtr = σ ( e+1 )
ε = ln ( e +1 )
Pada saat terjadinya necking
atau pengecilan penampang setempat, berlaku hubungan :
ε = n
Fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam
ditarik:
1. Ada penyertaan elastis
2. Ada penyertaan plastis
3. Terjadi Necking di titik Ultimate
4. Ada “ Luders Band “
5. σy berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami
Starin Hardening ditarik kembali.
6. Terjadinya Kurva Hystersis
Luas
grafik menandakan besarnya energi yang diserap dari logam.
7. Terjadi fenomena grafik Mulur
( efek Cottrel )
Kekuatan tarik suatu material dapat diperoleh dengan pembebanan maksimum sebelum material
itu mengalami deformasi plastis yang tidak seragam. Tegangan maksimum (σu)
disebut sebagai kekuatan tarik material, yang kemudian dapat dikatakan sebagai
ukuran kekuatan suatu logam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian tarik
dalah sebagai berikut :
Temperatur
Semakin tinggi temperatur, maka ketangguhan dan
keuletan material akan meningkat. Sebaliknya, modulus elastisitas, tegangan
luluh, Ultimate Tensile Strength, dan nilai koefisien pengerasan regangan (n)
akan menurun.
Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis meningkatkan regangan saat
spesimen patah, dan meningkatkan keuletan suatu material.
Efek radiasi
Efek radiasi meningkatkan tegangan luluh dan
kekuatan tarik serta kekerasan dari suatu material. Namun efek radiasi ini
menurunkan keuletan dan ketangguhan suatu material.
Sifat-sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian
tarik adalah sebagai berikut :
Ketangguhan (toughness), yaitu energi yang diserap oleh material hingga material tersebut patah.
Dalam percobaan ini, ketangguhan merupakan daerah di bawah kurva tegangan
sebenarnya terhadap regangan sebenarnya. Ketangguhan juga dapat diartikan
sebagai energi per unit volume.
Modulus Elastisitas (E) adalah ukuran kekakuan (rigidity) suatu bahan. Semakin besar modulus
elastisitas suatu material maka kekakuan suatu material akan semakin tinggi,
akibatnya kemampuan material untuk dibentuk akan semakin rendah, dan
sebaliknya.
Keuletan (Ductility)
adalah kemampuan suatu material untuk menahan deformasi plastis.
Data dan Pengolahan
Spesimen : Rod ST
- 37
Lo = 25 mm Lf
= 36,28 mm
do = 6,23 mm df
= 3,69 mm
Ao = 30,468 mm2
Kecepatan tarik = 2mm/menit
Batas luluh = 833,30 kg
Batas ultimate = 1296,77 kg
Jenis mesin = Instron 1195
Beban maximum mesin = 10.000 kg
Beban skala penuh = 2.000 kg
Kekerasan awal
= 32 HRa
Kekerasan Akhir
= 38,5 HRa
Untuk data
setelah terjadinya fenomena necking sebagai berikut :
Dalam mencari
nilai
, dengan Ai seperti yang tertera pada tabel B. Untuk
nilai yang lain dapat dikerjakan seperti diatas, dan hasilnya terdapat pada
tabel B.
Kurva yang
didapat dari data mesin uji tarik :
Setelah
memperoleh data dari TABEL A dan TABEL B, maka dapat dicari berbagai kurva uji
tarik, seperti :
Kurva Tegangan
Teknik – Regangan Teknik
Kurva Tegangan Sebenarnya – Regangan Sebenarnya
Kurva Log εt – Log σt
Untuk mendapatkan
nilai Modulus Elastisitas bisa digunakan berbagai cara. Salah satu cara yang
dapat kita pakai adalah dengan menggunakan nilai gradien pada daerah plastis
kurva tegangan teknik – regangan teknik
Maka kita dapatkan E = tangen α, sehingga dari persamaan
garis yang telah diketahui, nilai E
adalah 53.172 kg/mm2 atau 521.0856 MPa.
ANALISIS
Perubahan kekerasan material
Sebelum
pengujian tarik dilakukan, kita melakukan uji keras pada spesimen yang akan
diuji. Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan spesimen
sebelum diberi beban tarik. Selain itu, kita dapat memperkirakan nilai kekuatan
tarik suatu material dari nilai kekerasannya.. Hal ini dapat diketahui karena
umumnya harga kekerasan berbanding lurus
dengan harga kekuatan material. Kekerasan suatu material didefinisikan sebagai
ketahanan material untuk didefomasi plastis secara lokal. Sedangkan kekuatan
tarik didefinisikan sebagai ketahanan material dideformasi plastis pada satu
kesatuan material. Dari
pengertian ini, kekuatan dan kekerasan sama-sama diartikan dengan kemampuan
material untuk dideformasi plastis. Oleh karena itu kita dapat
menarik kesimpulan bahwa kekerasan suatu material berbanding lurus dengan kekuatan
tariknya. Berdasarkan data
yang didapat akan terlihat adanya peningkatan kekerasan akibat strain
hardening. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh pergerakan dislokasi yang
mencapai permukaan. Dimana kekerasan awalnya adalah 32 HRa dan kekerasan akhir
38.5 HRa.
Bentuk patahan spesimen
Pada patahan
spesimen uji tarik, terdapat dua macam jenis patahan yaitu patah getas dan
patah ulet. Patah getas memiliki ciri pada patahannya tidak terdapat cup dan
cone. Pada patah getas, tidak terjadi adanya necking sehingga spesimen langsung
patah jika diberi beban diatas σu nya. Selain itu, patahannya
membentuk sudut 900 terhadap sumbu normal spesimen. Patah getas
terjadi karena adanya pengaruh dari tegangan normal. Berbeda dengan patah ulet,
pada patah ulet disebabkan karena adanya tegangan geser. Sudut patahan
membentuk sudut 450 terhadap sumbu normal spesimen. Patahan seperti ini diakibatkan oleh tegangan
geser yang maksimum. Dimana beban tarik yang bekerjalah yang berperan dalam
menimbulkan tegangan ini.
Apabila tegangan yang diberikan terhadap spesimen
melebihi batas luluhnya, maka pergerakan dislokasi ini akan mencapai permukaan.
Pergerakan dislokasi hingga mencapai permukaan inilah yang dinamakan deformasi
plastis. Deformasi plastis inilah yang
menyebabkan pertambahan panjang pada spesimen bersifat tetap. Apabila
besarnya tegangan yang diberikan terhadap spesimen mencapai titik Ultimate, maka spesimen mulai mengalami
pengecilan setempat pada bagian tengahnya. Pengecilan setempat inilah yang
dikenal dengan fenomena necking. Fenomena ini terjadi karena deformasi
plastis yang terjadi pada material
tidak lagi homogen.
Efek Cotrell pada kurva tegangan teknik – regangan teknik
Efek Cotrell terjadi pada saat kita mengenakan
beban tarik. Pada grafik tegangan dan regangan teknik, terjadi penampakan
fluktuasi nilai tegangan yang menunjukkan batas luluh dari material. Hal ini
diakibatkan oleh dislokasi yang menemui penghambat yaitu atom karbon yang
tersebar di dalam butir. Saat dislokasi bertemu atom karbon maka tegangan yang
dibutuhkan untuk melewatinya meningkat ,lalu setelah atom karbon terlewati maka
energi yang dibutuhkan untuk menggerakan dislokasi kembali turun. Hal tersebut
terus terjadi hingga semua atom penghambat terlampaui dan dislokasi mencapai
batas butir dan menyebabkan deformasi plastis. Karena atom karbon yang tersebar
relatif sedikit maka peningkatan dan penurunan tegangan pada kurva bisa
terlihat dengan jelas.
Elongasi, Reduction of area dan keuletan
Ketika material ditarik dengan beban tarik yang besarnya
melebihi batas luluhnya, maka material tersebut akan mengalami pertambahan
panjang sifatnya tetap. Pertambahan panjang material ini apabila dibagi dengan panjang awal
menghasilkan perpanjangan atau elongation
yang disimbolkan dengan e. Pada saat beban
tarik dikenakan pada spesimen melebihi batas luluhnya, maka perpanjangan yang
terjadi pada material adalah perpanjangan totalnya. Besarnya perpanjangan total
merupakam hasil penjumlahan antara perpanjangan plastis dengan perpanjangan
elastis. Apabila beban tersebut dihilangkan, maka perpanjangan totalnya sama
dengan perpanjangan plastisnya saja, karena perpanjangan elastis pada saat
beban tersebut dihilangkan sama dengan nol.
Nilai perpanjangan plastis inilah yang dijadikan
sebagai dasar dalam menentukan keuletan suatu material. Semakin besar
perpanjangan plastis dari suatu material, maka keuletan suatu material akan
semakin tinggi. Namun, pada beberapa kasus, dimana kurva tegangan dan regangan
teknis yang dihasilkan memiliki kemiringan yang cukup tajam, maka untuk
menentukan keuletan suatu material yang perlu dilihat adalah perpanjangan
totalnya. Hal ini dilakukan karena penentuan perpanjangan plastisnya melalui
grafik sangat sulit untuk dilakukan, dan besarnya perpanjangan total hampir
sama dengan perpanjangan plastisnya sebagai akibat dari kemiringan kurva yang
sangat tajam.
Spesimen hasil pengujian tarik juga mengalami
pengecilan setempat pada bagian tengahnya yang disebut juga dengan istilah necking. Besarnya reduction of area ini dapat pula dijadikan sebagi dasar dalam
penentuan keuletan suatu material. Semakin besar reduction of area yang dihasilkan maka keuletan material tersebut akan semakin
tinggi. Reduction of area ini terjadi
karena beban yang diterapkan pada material melebihi batas ultimatenya, sehingga
deformasi plastis yang terjadi pada material tidak lagi homogen.
Yield strength, Modulus elastisitas, Strain hardening exponent, &
Strength coefficient
Nilai Tegangan Luluh, Modulus Elastisitas,
Eksponent strain hardening serta Koefisien penguatan yang didapat berbeda dari
literatur. Dimana berdasarkan perhitungan didapat hasil sbb :
Modulus Elastisitas ( E ) = 521.0856 MPa
n = 0,4176
K = 1345.628 MPa
σy = 268.03 MPa
Menurut literatur harga data-data diatas adalah sbb :
Modulus Elastisitas ( E ) = 207 MPa
n = 0,21
K = 600 MPa
σy = 210 MPa
Nilai-nilai ini berbeda dikarenakan faktor
kesalahan. Dalam menentukan modulus elastisitas sebenarnya lebih baik jika kita
menggunakan uji bending. Karena pada uji bending, kita hanya menentukan daerah
elastis, sehingga data yang diperoleh dari uji bending dapat lebih valid.
KESIMPULAN
1. Hasil Perhitungan
a. Modulus Elastisitas ( E ) = 521.0856 Mpa
b. n = 0,4176
c. K = 1345.628 MPa
d. σy = 268.03 MPa
2. Terjadinya fenomena strain hardening yang ditunjukkan oleh meningkatnya
nilai kekerasan
3. Terjadinya fenomena cup and cone serta sudut
patahan 45º yang menandakan bahwa material tersebut ulet.
4. Adanya fenomena Cotrell yang ditunjukkan pada
grafik berupa fluktuasi grafik yang naik.
5. Fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam
ditarik :
a. Ada penyertaan elastis
b. Ada penyertaan plastis
c. Terjadi necking di titik Ultimate
d. σy berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami
Starin Hardening ditarik kembali.
e. Terjadinya Kurva Hystersis
Luas grafik menandakan
besarnya energi yang diserap dari logam.
f. Terjadi fenomena grafik Mulur
( efek Cottrel )
DAFTAR PUSTAKA
1. Davis,H.E.,
et.al, “The Testing and Inspection of Engineering Materials”, McGraw-Hill Book
Co
2. Dieter, G.E.,
“Mechanical Metalurgy”, McGraw-Hill Book Co.
3. Popov,
“Mechanics of Solid Materials” Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs, USA, 1978.
4. Kalpakjian,
Serope, “Manufacturing Processes for Engineering Materials “ Prentice-Hall Inc,
Upper Sadle River, NJ, 2003.
trimakasih dari www.semarangrentcar.com
BalasHapusWah, artikel ini sangat berguna dan bermanfaat.Terima kasih atas infonya.
BalasHapusuniversal testing machine
Ku salin ya teori dasarnya. Makasih
BalasHapusMakasih
BalasHapusmau tanya cara cari nilai n (pengerasan regangan)dan nilai K setelah diplot log y = 0.1476x + 2.137 bagaimana ya, terima kasih
BalasHapusmaaf ini kok g ada cacatan kakinya
BalasHapuskenapa kok g ada catatan kakinya
BalasHapusKok gabisa anjung goblok
BalasHapusSuatu baja mempunyai kekuatan luluh 100 kpsi (689 MPa) pada garis offset 0,6%
BalasHapusregangan. Berapa modulus of resilience-nya?
Assalamualaikum
BalasHapus