Minggu, 22 Maret 2015

Laporan Praktikum Kimia Organik - Reaksi Siklo Adisi Diels Alder

Percobaan 6
Reaksi Siklo Adisi Diels Alder

I. Tujuan Percobaan

§  Memahami prinsip reaksi sikloadisi
§  Melakukan pemisahan dan pemurnian
§  Melakukan uji kemurnian adduct

II. Alat dan Bahan

Pereaksi
Peralatan
Antrasen
Labu bundar 100 mL
Anhidrida Maleat
Timbangan
Toluen pa
Gelas Ukur 50 mL
Etil Asetat
Penangas Uap

Kondensor

Penyaring vakum

Labu hisap & corong Buchner

Melting Block

Termometer

Mortar

Gelas Kimia 100 mL

Erlenmeyer 100 mL









III. Data Fisik

Nama Zat
Titik Didih (oC)
Titik Leleh(oC)
Struktur
Antrasen
940
216.4
C14H10
Anhidrida maleat
197.9
60
C4H2O3
Toluen
110
-94
C7H8

IV. Cara Kerja dan Pengamatan

Cara Kerja
Pengamatan
1.       3 gr antrasen, 8 gr anhidrida maleat, 50 mL toluen pa disiapkan dan dimasukkan ke dalam labu 100 mL.
2.       Dilakukan refluks dengan penangas uap selama + 1 jam.
3.       Larutan didinginkan.


4.       Dilakukan penyaringan vakum.
5.       Dilakukan rekristalisasi dengan etil asetat.
6.       Kristal ditimbang dan ditentukan titik didihnya dengan melting block.

1.       Terbentuk endapan yang tak larut pada labu.

2.       Endapan yang tidak larut terlihat berkurang.
3.       Terbentuk kristal-kristal dalam larutan jenuh berwarna kekuningan.
4.       Kristal-kristal terkumpul
5.      

6.       Berat = 1 gram
%Rendemen = 21,50%
Titik leleh = 254 oC



Perhitungan Rendemen
Mr antrasen = 178, mol antrasen = 0,01685
Mr maleat = 98, mol maleat = 0,08163
Berat kristal teoritis = 4,6517 gram
Rendemen = 21,50%

V. Pembahasan

Reaksi Diels Alder yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah antara antrasen dengan anhidrida maleat. Dalam reaksi ini, antrasen adalah diena terkonjugasi yang akan diserang oleh anhidrida maleat yang bertindak sebagai dienofil. Berikut adalah gambar struktur kedua molekul ini:



Dari struktur ini dapat diamati bahwa antrasen adalah diena yang bersifat cis, dan sturkturnya yang tidak berubah-ubah membuat antrasen tidak mempunyai kecenderungan untuk menjadi trans. Fakta ini membuat antrasen memiliki kereaktifan ratusan kali lebih baik terhadap anhidrida maleat daripada 1,3 butadiena biasa (234:1)[1]

Antrasen, ahidrida maleat berlebih, dan toluen dicampurkan dalam satu labu dan menjadi berwarna kuning. Antrasen bersifat non polar, sehingga larut dalam toluen. Maleat juga bersifat non polar, tetapi sedikit lebih polar dari antrasen karena adanya 3 gugus oksigen. Alasan ini membuat endapan tak larut dalam toluen jenuh didominasi oleh andhidrida maleat.

Dalam reaksi ini, sebenarnya hanya antrasen dan anhidrida maleat yang bereaksi, tetapi peran toluen sebagai pelarut sangatlah penting, yaitu sebagai medium reaksi antara kedua padatan tersebut.

Labu bundar dikocok terlebih dahulu untuk memastikan padatan maleat dan antrasen tercampur dengan baik. Tidak semua endapan larut dalam toluen, yang berarti toluen sudah jenuh oleh campuran maleat dan antrasen.

Labu kemudian dipanaskan agar energi aktivasi reaksi antara maleat dan antrasen tercapai. Pemanasan harus menggunakan penangas uap karena toluen yang digunakan sebagai pelarut mudah untuk terbakar. Setelah direfluks selama 1 jam, hasil reaksi masih belum terlihat kristal hasil reaksi masih larut dalam toluen. Endapan yang tak larut kemudian difiltrasi biasa. Endapan tak larut ini adalah maleat yang tidak bereaksi. Kristal yang terbentuk hasil reaksi adalah 9,10-dihidroantrasen-9,10-a,b asam susinik anhidrida.





[1] http://www.brunel.ac.uk/depts/chem/ch241s/re_view/barry/diels2.htm


Filtrat kemudian didinginkan agar kristal hasil reaksi memisahkan diri dari toluen pelarut. Pendinginan dilakukan dengan meletakkan kristal pada air es. Hal ini sebenarnya tidak boleh dilakukan, karena pendinginan harus berlangsung secara perlahan, atau kristal yang dihasilkan akan berukuran kecil[1]. Kemudian dilakukan penyaringan vakum agar penyaringan berlangsung dengan cepat dan kristal yang terbentuk tidak lagi larut.  

Kristal hasil penyaringan kemudian dicuci dengan etil asetat agar tidak ada lagi toluen yang tersisa. Kristal kembali disaring vakum agar kristal yang diperoleh kering.

Berat kristal yang didapat adalah sebesar 1 gram. % rendemen yang didapat cukup rendah, hal ini dikarenakan tidak semua kristal yang larut dapat diambil.

Titik leleh kristal yang didapat adalah 254oC. Titik leleh dari 9,10-dihidroantrasen-9,10-a,b asam susinik anhidrida adalah 262 – 263oC. Titik leleh yang lebih rendah dari data literatur menunjukkan bahwa pada kristal yang didapat masih terdapat pengotor lain, walaupun persentasenya tidak banyak karena titik lelehnya hanya berkurang 8-9oC.

VI. Kesimpulan

1.       Reaksi Diels Alder antara antrasen dan anhidrida maleat adalah:
      Antrasen + anhidrida maleat ® 9,10-dihidroantrasen-9,10-a,b asam susinik anhirida.
2.       Antrasen merupakan diena terkonjugasi, anhidrida maleat adalah dienofil, dan adduct yang dihasilkan adalah 9,10-dihidroantrasen-9,10-a,b asam susinik anhidrida.
3.       Didapatkan 1 gram senyawa 9,10-dihidroantrasen-9,10-a,b asam susinik anhirida dengan titik leleh 254oC.
4.       Penyaringan vakum yang berlangsung cepat harus dilakukan untuk mencegah larutnya kembali kristal 9,10-dihidroantrasen-9,10-a,b asam susinik anhidrida  pada pelarut toluen karena pada suhu kamar kristal 9,10-dihidroantrasen-9,10-a,b asam susinik anhidrida larut dalam toluen.

VII. Daftar Pustaka

Fessenden, Fessenden.Kimia Organik jilid 1. Erlangga

http://www.chemicalland21.com/arokorhi/industrialchem/organic/ANTHRACENE.htm

http://www.brunel.ac.uk/depts/chem/ch241s/re_view/barry/diels2.htm

http://www.owlnet.rice.edu/~chem215/DielsAlder-MeltPt.htmL


[1] http://www.owlnet.rice.edu/~chem215/DielsAlder-MeltPt.html

Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Material-is-me Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger