Minggu, 22 Maret 2015

Laporan Praktikum Kimia Organik - Pemisahan Senyawa Organik Ekstraksi: Isolasi Kafein dari Teh dan Cola - Cola

Percobaan III
Pemisahan Senyawa Organik
Ekstraksi: Isolasi Kafein dari TEH  dan Coca Cola

A. Tujuan Percobaan

1.            Memahami konsep dan terampil dalam melakukan ekstraksi padat-cair, cair-cair, dan asam basa
2.            Memahami tujuan penggaraman dan pengeringan larutan

B. Prinsip Percobaan

Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain, dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Ekstraksi sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu ekstrasi cair-cair, ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi asam-basa. Pada percobaan ini, ekstrasi yang dilakukan adalah ekstraksi cair-cair (ekstraksi kafein dari coca cola) dan ekstraksi padat-cair (ekstraksi kafein dari daun teh).

Ekstraksi padat-cair dilakukan dengan melarutkan terlebih dahulu zat yang akan diekstraksi. Ukuran zat padat yang mengandung bahan organik dan kontak dengan pelarut sangatlah penting. Karena itulah peralatan soxhlet sering dipakai dalam ekstraksi jenis ini.

Ekstraksi cair-cair adalah salah satu jenis ekstraksi yang paling sering digunakan. Ekstrasi cair-cair digunakan untuk mengisolasi komponen yang ingin diekstrasi dengan mengguncangkan larutan yang berisi komponen tersebut dengan pelarut lain yang tidak saling larut dalam corong pisah. Pada situasi ideal, komponen tersebut terekstrak ke larutan kedua, dan meninggalkan pengotornya di larutan pertama. Setelah kedua larutan dipisahkan komponen dapat diambil dengan menyingkirkan pelarut kedua.

Prinsip dari proses ini adalah hukum distribusi. Dalam dua pelarut komponen terdistribusi secara tetap pada dua pelarut, sehingga perbandingan konsentrasi komponen tersebut dalam pelarut yang satu ke pelarut yang lainnya selalu konstan pada temperatur yang konstan. Perbandingan konsentrasi yang tetap antara dua pelarut ini dinamakan koefisien distribusi komponen antara dua pelarut.

Koefisien distribusi komponen S antara pelarut A dan B = konsentrasi S di A / Konsentrasi S di B = K (pada temperatur yang konstan)

Pada kenyataannya, tidak ada dua pelarut yang mutlak tidak dapat saling larut. Selalu ada kelarutan, walaupun sekecil apapun. Pelarut yang paling sering digunakan adalah air dan pelarut organik, seperti ether, hexana dan diklorometana. Eter, jenis pelarut yang banyak digunakan karena dapat melarutkan berbagai macam komponen organik, lebih larut di air dari pada pelarut lain. Namun eter sangat mudah terbakar. Diklorometan, yang praktikan pakai pada percobaan ekstrasi, lebih tidak larut pada air, memiliki keunggulan yang sangat penting: tidak terbakar pada kondisi biasa. Kekurangan diklorometan adalah kontak yang berkepanjangan dengan fasa uapnya dapat berbahaya, sehingga penggunaan diklorometan harus pada area yang berventilasi baik. Heksana dalam penggunaan praktis tidak larut di air, tetapi juga mudah terbakar.

Syarat pengekstrasi yang baik:
1.            Dapat melarutkan komponen yang ingin diekstraksi.
2.            Tidak larut pada larutan pertama
3.            Hanya sedikit, atau bahkan tidak melarutkan pengotor.
4.      Dapat dengan mudah dipisahkan dari komponen yang ingin didistilasi (biasanya dengan distilasi)
5.            Tidak bereaksi dengan larutan pertama.
6.      Syarat pelengkap lainnya, seperti harga bahan, mudah tidaknya terbakar, berbahaya atau tidaknya juga menjadi bahan pertimbangan dalam memilih pengekstrasi.

Efisiensi dari ekstraksi cair-cair terutama dari jumlah ekstraksi yang dilakukan, dan bukan dari banyaknya volume pengekstrak. Hal ini dapat dilihat dari rumus konsentrasi zat terlarut :

Cn = Co [KV1 / (KV1+V2)] n
Cn       = Konsentrasi setelah n kali ekstraksi
Co    = Konsentrasi awal
K       = Perbandingan konsentrasi komponen dari kedua fasa cair
V1      = Volume semula
V2           = Volume pengekstrak

Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa konsentrasi senyawa setelah n kali ekstraksi berkurang secara eksponensial jika jumlah n ditambah. Bandingkan dengan hasil ekstraksi jika hanya dilakukan sekali dengan jumlah pengekstrak yang sama.

Kafein

Kafein yang akan diekstraksi kali ini tergolong dalam senyawa alkaloid. Alkaloid adalah senyawa yang bersifat alkali dan sebagian besar berasal dari tanaman. Bahkan dalam jumlah yang kecil, alkaloid menghasilkan efek fisiologis yang nyata pada manusia. Alkaloid juga mengandung atom nitrogen yang secara struktur memiliki hubungan dengan atom nitrogen pada amonia.

Kafein (C8H10O2N4. H2O) dapat ditemukan dalam kopi, teh, coklat, dan pada beberapa tanaman. Kafein juga terkandung pada kebanyakan minuman cola. Kafein pertama ditemukan pada kopi pada tahun 1820. Tahun 1838 dinyatakan bahwa tein, yang terkandung pada teh, indentik dengan kafein. Kafein meningkatkan tekanan darah, menstimulasi sistem syaraf pusat, membentuk urin, dan menstimulasi kerja jantung dan hati. Kafein digunakan untuk mengobati migrain karena dapat menyempitkan pembuluh darah yang melebar sehingga mengurangi rasa sakit. Kafein juga dapat meningkatkan pengaruh dari analgesik seperti yang terkandung dalam aspirin, dan juga dapat menyembuhkan serangan asma dengan memperlebar jalur bronkus. Kafein diproduksi secara komersial sebagai hasil samping  pembuatan kopi bebas kafein.





C. Data Fisik dan Kimia

Nama Zat
Titik Didih (oC) 1 atm
Titik Leleh (oC) 1 atm
Massa Jenis
Amonium Hidroksida
-
-
0,9
Diklorometan
40
-97
2,9 (uap)
Kalsium Klorida
-
782
2,15
Natrium Karbonat
-
851
2,25
Propanon
56
-95
0,79
n-Heksan
68,64
-95
-
Kloroform
61
-63
1,48

D. Pereaksi dan Alat

Pereaksi
Peralatan
Coca cola
Corong pisah
Teh kering
Labu erlenmeyer
Air
Kertas saring
Kalsium klorida
Corong Buchner
Ligroin (n-heksan)
Corong biasa
Natrium karbonat
Penangas air
Kloroform
Pipet
Etil asetat
Pelat TLC
Metanol
Tabung sentrifuga
Aseton
Lampu UV
Amonium hidroksida
Kaki tiga dan bunsen
Diklorometana
Klem bundar dan statif
Pereaksi semprot Dragendorff
Timbangan
Pereaksi Meyer



E. Diagram Alir

Ekstraksi Cair-cair







Ekstraksi Padat-Cair







F. Cara Kerja

Ekstraksi Kafein dari Coca Cola

1.            50 mL coca cola ditambahkan 10 mL amonium hidroksida pekat dan 10  mL air.
2.       Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah untuk dipisahkan. Ditambahkan 50 mL diklorometana.
3.            Corong pisah dikocok + 5 menit.
4.            Diklorometana yang telah mengandung kafein dipisahkan.
5.         Ditambahkan lagi 30 mL diklorometana
6.         Corong pisah dikocok  + 5 menit
7.         Diklorometana yang telah mengandung kafein dipisahkan
8.         Ekstrak digabungkan ke dalam wadah lain.
9.            Ekstrak ditambahkan kalsium klorida anhidrat sambil diaduk/ digoyang + 5 menit.
10.        Labu distilasi dan kertas saring dibilas dengan 5 mL diklorometana.
11.        Ekstrak didekantasi dan difiltrasi, kemudian ditaruh di labu distilasi.
12.        Filtrat yang diperoleh didistilasi.
13.        Produk yang diperoleh ditimbang.
14.        Dilakukan rekristalisasi dengan 5 mL aseton panas
15.        Campuran dipipet ke labu lain.
16.        Masih dalam keadaan panas, ditambahkan n-heksan/ ligroin sampai kekeruhan dan didinginkan.
17.        Kristal yang diperoleh dicuci dengan n-heksan dan diuji titik lelehnya.

Ekstraksi Kafein dari Teh

1.            Dimasukkan 25 g daun teh kering + 20 g Na2CO3 ke erlenmeyer 250 mL.
2.            Ditambah 225 mL air mendidih, diamkan 7 menit.
3.            Air teh didekantasi
4.            Ke dalam daun teh ditambah 50 mL air panas
5.            Air teh didekantasi
6.            Dididihkan air isi daun teh tersisa
7.            Air teh didekantasi
8.            Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah untuk dipisahkan. Ditambahkan 30 mL diklorometana.
9.            Corong pisah dikocok + 5 menit.
10.        Diklorometana yang telah mengandung kafein dipisahkan.
11.        Ditambahkan lagi 30 mL diklorometana.
12.        Corong pisah dikocok + 5 menit.
13.        Diklorometana yang telah mengandung kafein dipisahkan.
14.        Ekstrak digabungkan ke dalam wadah lain.
15.        Ekstrak ditambahkan kalsium klorida anhidrat sambil diaduk/ digoyang + 5 menit.
16.        Labu distilasi dan kertas saring dibilas dengan 5 mL diklorometana.
17.        Ekstrak didekantasi dan  difiltrasi, kemudian ditaruh di labu distilasi.
18.        Filtrat yang diperoleh didistilasi.
19.        Produk yang diperoleh ditimbang.
20.        Dilakukan rekristalisasi dengan 5 mL aseton panas
21.        Campuran dipipet ke labu lain.
22.        Masih dalam keadaan panas, ditambahkan n-heksan/ ligroin sampai kekeruhan dan didinginkan.
23.        Kristal yang diperoleh dicuci dengan n-heksan dan diuji titik lelehnya.

G. Pengamatan dan Analisis

Ekstraksi Kafein dari Coca Cola

Pada awal percobaan kali ini, kelompok kami menemukan ketidakcocokan modul dengan corong pisah yang disediakan. Maka sesuai petunjuk dari asisten, kami hanya memasukkan air sejumlah 10 mL saja. Asisten juga memberitahu kami bahwa coca cola dapat digoncangkan kuat-kuat tanpa membentuk emulsi. Hal ini bertentangan dengan modul yang mengatakan bahwa guncangan kuat dapat membentuk emulsi. Untuk tahun berikutnya kami harap modul dapat direvisi.

Percobaan ini dimulai dengan mengocok kuat-kuat corong pisah selama 5 menit setiap penambahan diklorometana. Penambahan diklorometana ini bertujuan untuk melarutkan (mengekstraksi) kafein yang berada di coca cola ke pelarut diklorometana. Pengocokan yang dilakukan bertujuan agar molekul diklorometana berinteraksi dengan molekul kafein dan melarutkan molekul kafein tersebut. Sesekali corong pisah dibuka untuk mengeluarkan kandungan CO2 dari coca cola yang terpisah karena guncangan.

Hasil ekstrak digabungkan dan dengan penambahan kalsium klorida anhidrat dan diaduk selama 10 menit. Penambahan kalsium klorida anhidrat ini bertujuan untuk menyerap air yang berasal dari coca cola yang terbawa pada saat proses pemisahan larutan dengan corong pisah. Kemudian, dengan cara dekantasi atau filtrasi, filtratnya didistilasi dengan penangas air. Distilasi harus dilakukan dengan penangas air karena pada suhu tinggi (pemanasan langsung dengan bunsen), diklorometana dapat terbakar. Distilasi ini bertujuan untuk menguapkan diklorometana sehingga kami mendapatkan cairan kafein berwarna kekuning-kuningan dalam jumlah yang sangat kecil.

Ambil hasilnya dan lakukan rekristalisasi dengan cara menambahkan 5 ml aseton panas. Setelah itu ditambahkan ligroin + 5 tetes. Larutan menjadi keruh. Setelah itu larutan didinginkan di baskom berisi air dan es.

Kelompok kami telah berhasil melakukan percobaan sampai pada pendinginan, tetapi tidak terbentuk kristal pada saat pendinginan. Hal ini terjadi karena kami melakukan kesalahan dengan menambahkan terlalu banyak ligroin ke dalam larutan sehingga kafein kembali larut. Pada saat kami ingin memanaskan lagi larutan tersebut waktu praktikum telah habis.

Kafein dari Daun Teh

Daun teh yang telah ditimbang ditambahkan Na2CO3 sebelum dimasukkan dalam 225 mL air panas. Penambahan Na2CO3 dilakukan untuk mempertahankan tanin agar tetap berada pada pelarut air. Air teh yang terbentuk kemudian didekantasi serta difiltrasi untuk mendapatkan larutan yang mengandung kafein.

Kemudian kafein pada larutan yang terbentuk diekstraksi oleh diklorometana pada corong pisah. Pada saat pengocokan dilakukan dengan perlahan agar tidak terjadi emulsi yang disebabkan oleh tanin yang menjadi surfaktan anion. Surfaktan anioan ini membuat diklorometan dapat membentuk emulsi dengan air. Hasil ekstraksi ditambahkan CaCl2 anhidrat untuk mengikat air. Selanjutnya garam-garam yang mengikat air didekantasi/disaring, sehinga sekarang di dalam filtrat murni diklorometana + kafein yang terlarut di dalamnya. Selanjutnya pelarut diklorometana akan dipisahkan dari kafein dengan cara didistilasi hingga cairan berwarna kuning. Sayangnya di tengah-tengah distilasi, waktu percobaan telah habis karena kelompok kami terlalu lama menunggu filtrasi daun teh yang berlangsung sangat lambat.

H. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Kafein pada coca cola dapat dipisahkan dari coca cola itu dengan menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Adanya kafein dalam coca cola dapat dilihat pada hasil distilasi ekstrak yang menghasilkan warna kekuning-kuningan pada kafein. Penetesan ligroin akan menyebabkan kekeruhan pada kafein tetapi ligroin tidak boleh diberikan terlalu banyak atau kafein akan larut dalam ligroin dan tidak dapat dikristalisasi.

Ekstrak teh dipisahkan pada awalnya dari daun teh dengan ekstraksi padat-cair. Senyawa tanin ditinggalkan di dalam air dengan penambahan Na2CO3. Setelah larutan didapat, proses lanjutannya sama dengan proses dari ekstraksi cair-cair. Seharusnya kadar kafein pada teh jauh lebih banyak dari pada kafein pada coca cola. Namun karena ekstraksi pada daun teh hanya sekedar menambahkan air panas dan Na2CO3, dan bukan menggunakan soxhlet (agar ekstraksi berjalan kontinu) untuk melarutkan seluruh kafein, maka kandungan kafein pada pelarut air tidaklah banyak.

Saran

Pada awal percobaan kami mendapat bantuan dan petunjuk yang baik dari asisten sehingga pada awalnya percobaan berjalan lancar. Sayangnya di akhir praktikum asisten kami sudah meninggalkan laboratorium. Hal ini membuat kami kebingungan dalam melakukan percobaan, ditambah lagi modul yang kurang jelas. Terpaksa kami bertanya pada asisten kelompok sebelah untuk mendapat petunjuk. Hal ini menjadi masalah karena meja kami terpisah dari ruang praktikum yang lain (meja 178). Kelompok XI malah tidak memiliki asisten sama sekali, sehingga kami tidak dapat menanyakannya pada asisten meja terdekat (meja kelompok XI).

Kelompok kami juga tidak mendapat peralatan keamanan secara memadai, di mana kelompok X hanya mendapat satu kacamata dan satu masker. Padahal setelah kami lihat di literatur keamanan bahan, amonium hidroksida berbahaya karena dapat merusak mata, bahkan pada larutan yang tidak pekat sekalipun, sehingga penggunaan kacamata adalah sebuah keharusan. Selain itu amonium hidroksida jika mengenai kulit juga berbahaya karena korosif dan dapat merusak membran mukus. Diklorometan berbahaya bagi kulit karena bersifat karsinogenik. Selain itu uapnya dapat menyebabkan sesak nafas.

Saran kami pada praktikum ekstraksi adalah sebaiknya pengadaan peralatan keamanan menjadi salah satu prioritas utama mengingat percobaan yang dilakukan menggunakan bahan yang dapat membahayakan. Setidaknya lab dapat memastikan peralatan terdistribusi rata agar tidak ada kelompok tidak memakai peralatan keamanan saat melakukan percobaan. Selain itu penyediaan sarung tangan untuk praktikan juga merupakan suatu keharusan, karena tidak ada gunanya menggunakan jas lab berlengan panjang jika tangan masih dapat terkena bahan yang berbahaya.

Selain itu juga laboratorium kimia organik mengusahakan distribusi asisten yang merata, karena sudah dua kali ini kelompok yang berada di ruang belakang (dan terpisahkan tembok kayu) terabaikan oleh asisten. Hal ini membuat percobaan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok terakhir (kelompok X dan XI) sering mengalami hambatan tanpa adanya pemecahan solusi yang baik, dan tentu saja menurunkan kinerja baik dari kualitas maupun kecepatan. Jika hal itu tidak dapat diadakan karena kekurangan tenaga asisten, sebaiknya laboratorium kimia organik menyediakan ilustrasi (gambar) model  pengerjaan pada modul, sehingga praktikan dapat memiliki bayangan yang lengkap akan praktikum yang akan dilakukan.
 


I. Daftar Pustaka

Microsoft Encarta Reference Library 2004 Keyword: Alkaloids, Coffee, Caffein, Extraction

Perry ‘s Chemical Engineers’ Handbook, Physical and Chemical Data.

Wilcox, Charles F. Jr and Mary F. Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. USA: Prentice Hall Inc. hal 104-120


Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Material-is-me Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger