Sabtu, 21 Maret 2015

Laporan Praktikum Kimia Organik - Pemisahan dan Pemurnian Zat cair Distilasi dan Titik Didih

Percobaan I
Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair
Distilasi dan Titik Didih

A. Tujuan Percobaan

1.            Mengetahui dan memahami prinsip distilasi
2.            Mampu merangkai dan menggunakan peralatan distilasi terfraksi dan distilasi vakum
3.            Mampu melakukan distilasi untuk pemisahan dan pemurnian
4.            Menguasai pengertian campuran azeotrop

B. Prinsip Percobaan

Distilasi adalah suatu proses untuk memisahkan dan memurnikan suatu campuran tertentu dari komponen-komponennya karena adanya perbedaan titik didih. Distilasi dilakukan dengan memanaskan suatu campuran sampai salah satu komponen yang lebih mudah menguap menjadi fase uap, dan kemudian mendinginkan uap tersebut untuk mendapatkan komponen tersebut dalam bentuk cair dengan kondensasi.

Titik didih sendiri bermakna sebagai temperatur saat tekanan gas sama dengan tekanan atmosfer.

Dalam proses penguapan, biasanya tujuannya adalah untuk mendapatkan bahan yang lebih sulit menguap; bahan yang lebih mudah menguap, biasanya air, dibuang. Berbeda dengan distilasi, tujuan utamanya adalah untuk memurnikan bahan yang lebih mudah menguap. Contohnya adalah pemurnian dengan menyingkirkan air dari gliserin disebut sebagai penguapan, sedangkan pemurnian dengan menyingkirkan air dari alkohol dengan menguapkan alkohol terlebih dahulu disebut distilasi, walaupun alat untuk melakukan kedua proses tersebut sama.

Prinsip kerja distilasi sebenarnya adalah dengan memanfaatkan sifat ke-mudah-menguapan dari suatu komponen. Dalam sebuah campuran sederhana dua cairan yang saling menguap, kecenderungan mereka untuk menguap tidak terpengaruh dengan kehadiran satu sama lain. Dalam kasus seperti itu, titik didih dari campuran 1:1, misalnya, akan bernilai rata-rata dari titik didih kedua komponen tersebut. Pemisahan dari kedua substansi yang dihasilkan dari satu distilasi akan bergantung hanya pada tekanan uap, atau kecenderungan untuk menguap, dari komponen yang berbeda-beda pada temperatur ini. Hubungan ini pertama kali dikemukakan oleh kimiawan Perancis François Marie Raoult (1830-1901) dan dinamakan hukum Raoult. Hukum Raoult hanya berlaku pada campuran yang identik dalam struktur kimianya, seperti benzena dan toluena. Kebanyakan peristiwa lain menyimpang dari hukum ini. Juga, jika sebuah komponen hanya terlarut sedikit dalam komponen lainnya, kecenderungannya untuk menguap meningkat.

Salah satu contoh dari distilasi adalah pemurnian air laut. Air laut dipanaskan sehingga uap air murni meninggalkan garam, dan didinginkan. Proses ini dilakukan beberapa kali air yang didapat semakin baik kadar kemurniannya (lihat gambar kiri). Contoh lainnya adalah pembuatan whiski yang mengambil alkohol yang didistilasi dari larutan alkohol-air (lihat gambar kanan).


Distilasi sederhana adalah proses distilasi paling sederhana yang memanfaatkan titik didih yang berbeda dari tiap komponen campuran. Perbedaan titik didih dari masing-masing komponen harus memiliki perbedaan yang cukup besar, karena prosesnya yang sederhana tersebut tidak dapat memastikan dua (atau lebih) komponen dari campuran tersebut terpisah dengan baik.

Distilasi bertingkat adalah distilasi yang memanfaatkan kolom berfraksi agar distilat yang dihasilkan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, atau untuk memisahkan senyawa-senyawa yang memiliki titik didih berdekatan. Prinsipnya adalah menggunakan pori-pori dari material sehingga uap mengalami kondensasi terus menerus. Hal ini menyebabkan senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah untuk terus menuju ke atas dan senyawa yang memiliki titik didih lebih tinggi mengalami kondensasi dan turun lagi. Hal ini membuat senyawa yang diteruskan ke kolom kondensasi benar-benar merupakan hasil distilat yang diinginkan. Prinsip distilasi bertingkat sering digunakan dalam industri (contoh: industri petroleum), hanya saja skala (dan tentu saja alat) yang digunakan berbeda dengan yang digunakan di laboratorium.

Sistem azeotrop adalah campuran yang memiliki perbandingan yang tetap dari komponen-komponennya walaupun didistilasi. Contoh yang paling umum adalah etil alkohol (etanol) – air dengan perbandingan 95,57% dan 4,43%. Pemisahan tidak dapat dilakukan dengan distilasi biasa. Salah satu cara untuk memisahkannya adalah dengan menambahkan bahan kimia lain, misalnya pada contoh di atas adalah penambahan benzena.

C. Data Fisik dan Kimia

Nama Zat
Titik Didih (oC) 1 atm
Titik Leleh (oC) 1 atm
Indeks Bias (20 oC)
Metanol
64,7
-99
1,3289
Toluena
109
-84,5
1,4940
Air
100
0
1,3330
Benzena
79
6,7
1,4991
Siklohexana
81
6
1,4260

D. Pereaksi dan Alat

Pereaksi
·                    Metanol (l)
·                   Air (l)
·                   Sikloheksana (l)
·                   Toluen (l)
·                   Benzen (l)


Alat
·          batu didih
·          labu bundar 100 ml
·          Bunsen
·          Termometer
·          Gelas kimia
·          Tabung reaksi besar
·          Klem

E. Diagram Alir

Distilasi Sederhana





Distilasi Bertingkat




Distilasi Azeotrop Terner





F. Cara Kerja dan Pengamatan

Cara Kerja
Pengamatan

1.    Distilasi Sederhana

·          Rangkai peralatan distilasi sederhana
·          Masukkan 40 ml campuran methanol-air ( 1:1) ke dalam labu
·          Panaskan dengan api yang diatur perlahan naik sampai mendidih
·          Atur pemanasan sampai distilat menetes teratur (kec : 1 tetes/detik)
·          Amati dan catat suhu dimana tetes pertama jatuh
·          Ganti penampung dengan yang bersih, kering,berlabel untuk menampung distilat murni (distilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih, T konstan)
·          Catat volume distilat secara teratur setiap selang jumlah distilat
·          Hitung indeks bias distilat



V (ml)
T (0C)
0
29
Tetes 1
66
5
72
8
74
10
78
12
85
13
88



Indeks Bias Metanol = 0,13301
2.    Distilasi Bertingkat

·          Rangkai peralatan distilasi bertingkat
·          Masukkan 40 ml campuran sikloheksana-toluen (1:1) kecdalam labu
·          Masukkan batu didh
·          Lakukan distilasi
·          Hitung indeks bias distilat
V (ml)
T1 (0C)
T2 (0C)
0
28
29
Tetes 1
82
61
5
87
63
10
92
82
15
96
83
20
98
-



Indeks Bias Sikloheksana = 1,440






3.    Distilasi Azeotrop Terner

·          Masukkan 25 ml methanol-air ke dalam labu bundar 100 ml
·          Tambahkan 12,5 ml Benzena
·          Rangkai perlatan distilasi bertingkat
·          Lakukan distilasi
·          Catat suhu dan volume distilat
·          Hentikan distilasi bila sisa campuran dalam labu tinggal 3-4 ml
·          Jangan sampai kering
·          Ganti penampung setiap anda kira sudah mencapai titk didih zat murni
·          Hitung indeks bias distilat

V (ml)
T (0C)
0
29
5
50
10
51
15
62
20
67
23
81


Indeks Bias Metanol = 0.13385

Indeks Bias Benzena = 0.14958









G. Perhitungan dan Analisis

Distilasi Sederhana








Dapat dilihat dari grafik bahwa campuran metanol-air memiliki kurva naik secara teratur, antara penambahan temperatur dengan penambahan volume distilat. Secara teoritis, jika distilasi berjalan dengan sempurna, maka volume distilat yang mengandung metanol dengan konsentrasi tinggi akan berada sekitar 20 mL, karena metanol dalam campuran bervolume 20 mL, dan distilat mengandung metanol dan sedikit air. Namun kami hanya dapat mencapai 13 mL karena kelompok kami memiliki masalah dengan bunsen yang diberikan. Bunsen memiliki api yang terlalu kecil dan tidak bisa diperbesar (jika diperbesar akan mati) sehingga membuat percobaan berjalan dengan sangat perlahan.

Dari data didapat tetesan pertama terjadi pada suhu 66oC. Dengan titik didih air 100oC dan metanol 64,7oC seharusnya secara kasar campuran 1:1 metanol-air mulai mendidih pada suhu sekitar 80 oC. Namun karena pengukuran dilakukan di Bandung, di mana tekanan udaranya lebih rendah dari pada tekanan permukaan laut, titik didih masing-masing bahan lebih rendah dari pada literatur. Pada tekanan udara Bandung, titik didih air berada pada sekitar 80oC. Sehingga bisa dilihat mengapa tetesan pertama terjadi pada suhu 66oC, yaitu tidak lain karena tekanan udara Bandung yang lebih rendah dari tekanan udara permukaan laut (standar literatur).

Penghitungan indeks bias menunjukan kemurnian distilat. Indeks bias hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai indeks bias sebesar 0,13301. Indeks bias hasil perhitungan ternyata meleset jauh dari data literatur, 1,3289. Kesalahan perhitungan ini tidak memungkinkan kami untuk menilai kemurnian metanol yang didapat. Kemungkinan kesalahan kami terjadi karena keterburu-buruan untuk melihat hasil dari perhitungan indeks bias karena waktu yang sempit dan alat yang terbatas. Probabilitas terbesar, kami salah membaca sehingga hasil yang didapat hanya 1/10 dari seharusnya. Jika kita mengalikan hasil yang didapat dengan faktor pengali 10, maka dapat dikatakan kemurnian dari metanol-air sangatlah baik. Hal ini terjadi karena percobaan dihentikan pada suhu yang relatif masih rendah.
Distilasi Bertingkat




Distilasi bertingkat dilakukan oleh meja sebelah, dan menurut hasil diskusi, mereka sebenarnya melakukan percobaan berulang-ulang. Hal ini dikarenakan masalah bunsen yang justru bertolak belakang dengan masalah kami, yaitu api yang terlalu besar, dan bila dikecilkan akan mati.

Hasil perhitungan indeks bias distilat (sikloheksana) menunjukkan permunian berjalan dengan cukup baik. Indeks bias hasil perhitungan adalah 1,440. Bandingkan dengan indeks bias literatur sebesar 1,4260. Kemungkinan besar terjadi kesalahan pada pembacaan skala nonius yang relatif sulit.
Distilasi Azeotrop Terner




Dari grafik terlihat bahwa, dari volume 5mL sampai 10 mL grafik kenaikan suhu berjalan lambat (hanya 1oC) ditinjau dari kecepatan tetesan distilat yang dianggap konstan. Dari sini dapat ditarik asumsi bahwa titik didih metanol berkisar pada nilai 50oC. Hal ini dikarenakan kalor dari bunsen lebih banyak dipakai untuk mengubah fasa metanol dibandingkan untuk menaikkan suhu campuran.

Setelah 10 mL dari metanol didapat (sekitar 80% dari komposisi awal metanol), grafik suhu mulai naik dengan tajam, sebelum kembali melandai pada volume 15 mL - 20 mL.

Distilat yang diperoleh pada selang penambahan volume dari 15 mL – 20 mL ini seharusnya menurut urutan titik didih (metanol 64,7oC, benzena 80,1oC dan air 100oC), sebagian besar merupakan benzena karena 12,5 mL metanol awal telah dapat dipastikan telah berada pada labu penampung hasil distilasi. Melandainya grafik suhu sesuai dengan perkiraan, yaitu ketika kalor dari bunsen lebih banyak dipakai untuk menguapkan benzena daripada menaikkan suhu campuran.

Baru setelah 67oC suhu kembali naik dengan tajam, pertanda bahwa kebanyakan benzena pada labu distilasi telah berubah fasa menjadi fasa uap.

Pengukuran pada indeks bias kelompok kami kembali menunjukkan kesalahan seperti pada distilasi sederhana (baca: Analisa Distilasi Sederhana alinea 3), di mana indeks bias yang didapat (metanol 0,13385 dan benzena 0,14958) mendekati 1/10 dari nilai literatur. Jika hasil yang didapat dikalikan dengan faktor pengali 10, angka yang didapat hampir mendekati data literatur (metanol 1,3289 dan benzena 1,4991). Hal ini menunjukkan bahwa komponen yang didapat berada pada kemurnian yang baik.

H. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1.            Besarnya api dari bunsen sangat mempengaruhi laju tetes pada distilat. Maka bunsen yang dipakai harus berada dalam keadaan baik.
2.            Distilasi bertingkat lebih akurat dari distilasi sederhana, di mana data indeks bias yang didapat, baik dari percobaan 2 maupun percobaan 3, lebih mendekati literatur dibandingkan dengan distilasi sederhana. Hal ini menunjukkan kadar kemurnian yang lebih baik
3.            Ketelitian saat membaca skala untuk menghitung indeks bias sangatlah diperlukan.
4.            Untuk ketiga percobaan ini keberadaan titik didih tidak begitu diperlukan, karena ternyata bumping yang terjadi berada pada level yang rendah. Namun untuk menjaga akurasi data, lebih baik jika batu didih tetap diberikan.
5.            Benzena yang dipakai pada azeotrop tidak lain untuk “menyegel” larutan metanol dan air, sehingga tidak saling larut kembali. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan zat kimia ketiga pada sistem azeotrop (seperti benzena pada percobaan azeotrop terner di atas) harus memiliki titik didih di antara kedua komponen lainnya dan tidak larut, baik pada komponen yang satu maupun komponen lainnya.
6.            Kesimpulan akhir, karena banyaknya alat yang pecah, tuntutan untuk berhati-hati dalam melakukan praktikum sangatlah besar, karena sebagian besar alat bersifat fragile.

Saran yang dapat diberikan:

Tidak banyak hal yang bisa dikritik, selain lab kimia organik yang kekurangan asisten. Dengan kurang terpantaunya praktikan, kemungkinan praktikan untuk melakukan kesalahan semakin besar, dengan demikian hasil yang didapat juga semakin jauh dari yang diharapkan. Untuk praktikum berikutnya diharapkan jumlah asisten sudah memadai, sehingga praktikum dapat dilakukan dengan baik.

 I. Daftar Pustaka

Microsoft Encarta Reference Library 2004 Distillation, Sub Judul Introduction, Theory of Distillation, Fractional Distillation.

Perry ‘s Chemical Engineers’ Handbook, Physical and Chemical Data.

Wilcox, Charles F. Jr and Mary F. Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. USA: Prentice Hall Inc. hal 43-45

www.wikipedia.com Azeotrope

Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Material-is-me Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger